Di
hari selasa menjelang siang, merupakan hari yang menyenangkan bagi Rany. Di
hari itu dia bersiap-siap untuk pergi mengunjungi sebuah museum di Jakarta.
Rany tidak sendirian, dia bersama sahabatnya yaitu Alifia. Di sebuah Gereja
Katedral dengan desain seperti klasik pada jaman dahulunya membuat Rany semakin
penasaran dengan sejarah museum yang ada dalam gereja tersebut. Gereja katedral
yang dibangun pada zaman belanda ini mengisahkan sejarah yang begitu membuat
para pengunjungnya penasaran.
Dalam
Gereja Katedral, terdapat museum katedral. Museum Katedral yang merupakan
museum yang berisikan koleksi umat katolik yang menjelaskan bagaimana sejarang
dan perkembangan agama katolik di Indonesia. Museum Katedral yang diresmikan
pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmaja. Pembuatan museum ini di
idekan oleh Pastor Kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Peter Rudolf Kurris.
Rany
yang mengunjungi gereja tersebut, merasa takjub, karena bagi dia, gereja
tersebut berdampingan dengan tempat beribadah agama islam. Rany yang
mengunjungi gereja tersebut melihat sebuah ukiran patung yang menggambarkan
sebuah laki-laki dengan posisi tiduran. Dalam ukiran tersebut, rany melihat
tulisan yang membuat dia sedikit terkejut. Dalam tulisan tersebut berkata “Apa
yang kamu lakukan ketika Aku sakit, Tunawisma, lapar dan Haus, Tidak punya
pakaian, Dalam penjara”.
Menyelusuri gereja
tersebut, Rany melihat sebuah ruangan yang bertuliskan Museum Gereja Katedral
membuat dia semakin penasaran. Rany memasuki area tersebut dan melihat betapa
rapih dan kerennya museum tersebut. Tidak lupa juga, Rany mengisi buku tamu yang
sudah disediakan oleh pihak museum katedral. Perlahan-lahan, Rany memasuki
ruangan tersebut. Hal yang pertama dia lihat sebuah foto dan keterangan
bagaimana pemimpin pertama dalam gereja tersebut.
Rany
melihat, bagaimana pemimpin agama katolik di gereja tersbeut, mengabdikan semua
hidupnya untuk Tuhan dan gereja. Rany berpikir, tidak semua manusia mau
memimpin rumah ibadahnya dan mengabdikan semua raga dan hidupnya hanya untuk
Tuhannya. Tanpa pasangan dan anak, para pemimpin gereja tersebut memberikan
yang terbaik dari seluruh hidupnya sampai akhir hayat.
Rany
mengitari ruangan tersebut dan melihat bagaimana sejarah gereja tersbeut
didirikan, bagaimana ajaran agama katolik tersebut menyebar di Indonesia.
“Fi,
liat deh, keren ya agama katolik. Gua kalau jadi mereka kaga sanggup deh, hidup
tanpa pasangan dan semua hidupnya untuk gereja dan Tuhan” Ujar Rany berbicara
dengan pelan kepada fia.
Alifia
yang sedang fokus dengan kekaguman tersebut, sedikit terganggu dengan ucapan
rany. Karena dia sedang menikmati akhirnya menjawab percakapan tersebut.
“iya
ran, gua baru pertama kali nih dateng ke gereja yang arsitekturnya se keren
ini, apalagi gratis kaya gini. Udah ah gua mau liat-liat lagi”.
Setelah
memulai pecakapan tersebut. Rany menuju ruangan berikutnya untuk melihat
kembali apa saja isi dari museum tersebut. Ada yang membuat Rany sedikit
penasaran mengenai sebuah sepeda ontel jaman dahulu. Rany mengamati cerita
dibalik sepeda tersebut.
Ya,
sepeda itu milik Pater Jan Weitjen, SJ. Pater Jan Weitjen SJ, seroang imam
Jesuit dengan kemampuannya dalam berbahasa jawa yang sangat halus, ia sangat suka
mengunjungi paroki desa di sekitar Yogyakarta dengan naik sepeda onthel di
tahun 1970-an. Pater Weitjen juga sangat suka mendatangi pasien dan orang sakit
yang di rawat di rumah-rumah sakit. Pater Weitjen sering melakukan karya
pastoral rumah sakit dalam bentuk pelayanan sacramental di RS Panti Rapih dan
RS Bethesda dan sesekali di RS Dr. Sardjito Yogyakarta .
Dalam
hal ini, Rany sangat takjub dengan kesederhanaaan beliau. Menjadi seorang pastor
yang sangat jauh dengan kehidupan mewah. Pada saat melihat-lihat tersebut tiada
hentinya Rany takjub dengan peninggalan-peninggalan para pastor katolik.
Pada
saat berjalan menuju Lorong selanjutnya, Rany terkejut ada yang berkata pada
dia. Ternyata orang tersebut merupakan pemandu dari museum tersebut. Rany mulai
berbicara dengan pemandu tersebut, seakan-akan meminta untuk bantuan dalam
memahami dan mengetahui museum tersebut.
“halo,
kakak baru banget kunjungi museum ini ya?, kenalin saya pemandu dalam museum
ini”.
Dengar
ucapan tersbut, Rany sontak berkenalan langsung oleh pemandu tersebut.
“oh
iya halo, saya Rany. Iya saya baru pertama kali ke sini, saya juga sama temen
saya namanya Alifia.”
“Kakak
udah liat sepeda onthel? Kalau udah aku temenin yuk ke Lorong berikutnya.
Lorong ini ada sebuah replika milik Petrus Maria Bonnike S.J. Dia seorang
misionaris dari Belanda yang datang ke Maumerre untuk menyebarkan agam katolik.
Dia meminta untuk dicarikan sebuah perahu untuk segera ke Larantuka untuk
membuat laporan ke Controleur. Tapi si Petrus Bonnike ini penah menegur
seseorang yang membuat seorang penjabat bernama M. Teffer ini marah dan membuat
niat Teffer ini ingin menangkap Petrus Bonnike”.
“Oh
iya kak, ini aku baca dia tuh tenggelam ya kak”. Tanya rany kepada sang
pemandu”
“Iya,
pada tanggal 30 Juni 1889, Petrus Bonnike sebenarnya ingim bertolak dari Pantai
Sikka ke Larantuka dengan perahunya. Pada saat itu ada ombak besar dan dia
terbawa arus oleh ombak tersebut. Makanya di buat lah replika perahu ini untuk
mengenang dia.”
Mendengar
hal ini, Rany sangat takjub, bagaimana tidak seorang misionaris saja dengan
kesederhanaannya memakai perahu untuk menyebarkan agam katolik. Tetapi, dia
sangat tidak disukai oleh pasukan Hindia Belanda karena menegur seseorang.
Rany
berpikir andai saja dia bisa menyebarkan agama katolik di pesisir Larantuka,
mungkin dia akan sangat bangga oleh dirinya sendiri atas apa yang dia lakukan
selama hidupnya.
Sembari
melewati Lorong-lorong yang memperlihatkan peninggalan-peninggalan para pastor
Gereja Katedral, Rany tidak sengaja melihat sebuh bingkai yang merupakan sebuah
surat ancaman kepada Gereja Katedral.
Ya
ancaman tersebut diterima oleh Gereja Katedral ketika Paus Yohanes Paulus II
ketika ingin berkunjung ke Indonesia. Surat ancaman ini diterima oleh Gereja
Katedral dalam bentuk sebuah kaleng.
“nah
ini kak, sebuah surat ancaman dari seseorang, dimana orang tersebut tuh gak
suka banget sama kedatangan Paus Yohanes ini. Makanya dia megancam apabila Paus
Yohanes datang, Paus Yohanes akan kehilangan nyawanya. Tapi Paus Yohanes gak
takut dengan ancaman tersebut dan Puji Tuhan nya gak ada kejadian apapun sih
kak, kedatangan paus Yohanes ini berjalan dengan lancar.”
“Serem
juga ya ran, orang gak suka banget sama agama katolik. Tapi mereka masih aja ya
doain orang kaya gitu, kalau gua sih kaga”.
“Diem
fi, gak enak soalnya ini lagi dilingkungan gereja juga sih. Tapi menurut gua
dengan agama katolik sabar dan tidak membalas, akan membuat si pembenci juga
capek sama kelakukaannya sendiri.”
Setelah
mendengar arahan serta mendengarkan cerita dari peninggalan-peninggalan sejarah
tersebut. Tidak membuat Rany semakin penasaran dan ingin mengulik sejarah
katolik. Bagi Rany, museum ini harus dikenal oleh semua banyak orang, karena
untuk memasuki museum ini tidak memakai biaya sepersenpun.
Tidak
kerasa, hari sudah menujukkan pukul empat sore, dimana museum tersebut bersiap
untuk ditutup oleh umum. Rany yang bersama temannya, Alifia segera keluar dari
museum tersebut. Rany terus melihat-lihat sekeliling museum tersebut. Museum
yang dibangun sesuai dengan tata ruangan museum katedral ini sangat rapih
disusunnya.
Peninggalan
dari Pastor pertama hingga terakhir pun ada dalam ruangan tersebut. Bagi dia,
para pastor tersebut sangat merelakan tenaga, waktu dan keistimewaan yang dia
dapatkan hanya untuk mengabdi pada Tuhan.
Mereka
sangat-sangat perantara Tuhan yang baik untuk menyebarkan firman Tuhan pada
agama katolik. Mungkin tidak semua orang kuat dan sama seperti mereka. Tetapi
mereka adalah pilihan Tuhan yang sudah dipilih jiwa dan roh nya hanya untuk
Tuhan.
“Makasih
ya ran, udah ajak gua kesini. Jujur, gereja ini bagus banget ran, yuk temenin
gua foto-foto di lingkungan gereja ini.
“Sama-sama
fi, yuk gua temenin lu masuk ke Gereja Katedral”.
Selesai
dengan percakapan tersebut, Rany bersama temannya alifia langsung mengunjungi
Gereja Katedral.
Bagi
Rany, hari itu adalah hari yang menyenangkan. Dia mendapatkan ilmu gratis
melalui panduan dari orang-orang museum katerdral tersebut. Banyak Pelajaran
yang diambil dari Pastor tersebut. Dari Pastor tersebut Rany belajar, apabila
ingin mengabdi untuk Tuhan, maka siapkan hati dan pikiran yang baik dan bisa
menjadi perantara Tuhan untuk selama lamanya.