Minggu, 10 Desember 2023

Sepeda, Replika dan Ancaman

 

Di hari selasa menjelang siang, merupakan hari yang menyenangkan bagi Rany. Di hari itu dia bersiap-siap untuk pergi mengunjungi sebuah museum di Jakarta. Rany tidak sendirian, dia bersama sahabatnya yaitu Alifia. Di sebuah Gereja Katedral dengan desain seperti klasik pada jaman dahulunya membuat Rany semakin penasaran dengan sejarah museum yang ada dalam gereja tersebut. Gereja katedral yang dibangun pada zaman belanda ini mengisahkan sejarah yang begitu membuat para pengunjungnya penasaran.

Dalam Gereja Katedral, terdapat museum katedral. Museum Katedral yang merupakan museum yang berisikan koleksi umat katolik yang menjelaskan bagaimana sejarang dan perkembangan agama katolik di Indonesia. Museum Katedral yang diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmaja. Pembuatan museum ini di idekan oleh Pastor Kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Peter Rudolf Kurris.

Rany yang mengunjungi gereja tersebut, merasa takjub, karena bagi dia, gereja tersebut berdampingan dengan tempat beribadah agama islam. Rany yang mengunjungi gereja tersebut melihat sebuah ukiran patung yang menggambarkan sebuah laki-laki dengan posisi tiduran. Dalam ukiran tersebut, rany melihat tulisan yang membuat dia sedikit terkejut. Dalam tulisan tersebut berkata “Apa yang kamu lakukan ketika Aku sakit, Tunawisma, lapar dan Haus, Tidak punya pakaian, Dalam penjara”.

Menyelusuri gereja tersebut, Rany melihat sebuah ruangan yang bertuliskan Museum Gereja Katedral membuat dia semakin penasaran. Rany memasuki area tersebut dan melihat betapa rapih dan kerennya museum tersebut. Tidak lupa juga, Rany mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh pihak museum katedral. Perlahan-lahan, Rany memasuki ruangan tersebut. Hal yang pertama dia lihat sebuah foto dan keterangan bagaimana pemimpin pertama dalam gereja tersebut.

Rany melihat, bagaimana pemimpin agama katolik di gereja tersbeut, mengabdikan semua hidupnya untuk Tuhan dan gereja. Rany berpikir, tidak semua manusia mau memimpin rumah ibadahnya dan mengabdikan semua raga dan hidupnya hanya untuk Tuhannya. Tanpa pasangan dan anak, para pemimpin gereja tersebut memberikan yang terbaik dari seluruh hidupnya sampai akhir hayat.

Rany mengitari ruangan tersebut dan melihat bagaimana sejarah gereja tersbeut didirikan, bagaimana ajaran agama katolik tersebut menyebar di Indonesia.

“Fi, liat deh, keren ya agama katolik. Gua kalau jadi mereka kaga sanggup deh, hidup tanpa pasangan dan semua hidupnya untuk gereja dan Tuhan” Ujar Rany berbicara dengan pelan kepada fia.

Alifia yang sedang fokus dengan kekaguman tersebut, sedikit terganggu dengan ucapan rany. Karena dia sedang menikmati akhirnya menjawab percakapan tersebut.

“iya ran, gua baru pertama kali nih dateng ke gereja yang arsitekturnya se keren ini, apalagi gratis kaya gini. Udah ah gua mau liat-liat lagi”.

Setelah memulai pecakapan tersebut. Rany menuju ruangan berikutnya untuk melihat kembali apa saja isi dari museum tersebut. Ada yang membuat Rany sedikit penasaran mengenai sebuah sepeda ontel jaman dahulu. Rany mengamati cerita dibalik sepeda tersebut.

Ya, sepeda itu milik Pater Jan Weitjen, SJ. Pater Jan Weitjen SJ, seroang imam Jesuit dengan kemampuannya dalam berbahasa jawa yang sangat halus, ia sangat suka mengunjungi paroki desa di sekitar Yogyakarta dengan naik sepeda onthel di tahun 1970-an. Pater Weitjen juga sangat suka mendatangi pasien dan orang sakit yang di rawat di rumah-rumah sakit. Pater Weitjen sering melakukan karya pastoral rumah sakit dalam bentuk pelayanan sacramental di RS Panti Rapih dan RS Bethesda dan sesekali di RS Dr. Sardjito Yogyakarta .

Dalam hal ini, Rany sangat takjub dengan kesederhanaaan beliau. Menjadi seorang pastor yang sangat jauh dengan kehidupan mewah. Pada saat melihat-lihat tersebut tiada hentinya Rany takjub dengan peninggalan-peninggalan para pastor katolik.

Pada saat berjalan menuju Lorong selanjutnya, Rany terkejut ada yang berkata pada dia. Ternyata orang tersebut merupakan pemandu dari museum tersebut. Rany mulai berbicara dengan pemandu tersebut, seakan-akan meminta untuk bantuan dalam memahami dan mengetahui museum tersebut.

“halo, kakak baru banget kunjungi museum ini ya?, kenalin saya pemandu dalam museum ini”.

Dengar ucapan tersbut, Rany sontak berkenalan langsung oleh pemandu tersebut.

“oh iya halo, saya Rany. Iya saya baru pertama kali ke sini, saya juga sama temen saya namanya Alifia.”

“Kakak udah liat sepeda onthel? Kalau udah aku temenin yuk ke Lorong berikutnya. Lorong ini ada sebuah replika milik Petrus Maria Bonnike S.J. Dia seorang misionaris dari Belanda yang datang ke Maumerre untuk menyebarkan agam katolik. Dia meminta untuk dicarikan sebuah perahu untuk segera ke Larantuka untuk membuat laporan ke Controleur. Tapi si Petrus Bonnike ini penah menegur seseorang yang membuat seorang penjabat bernama M. Teffer ini marah dan membuat niat Teffer ini ingin menangkap Petrus Bonnike”.

“Oh iya kak, ini aku baca dia tuh tenggelam ya kak”. Tanya rany kepada sang pemandu”

“Iya, pada tanggal 30 Juni 1889, Petrus Bonnike sebenarnya ingim bertolak dari Pantai Sikka ke Larantuka dengan perahunya. Pada saat itu ada ombak besar dan dia terbawa arus oleh ombak tersebut. Makanya di buat lah replika perahu ini untuk mengenang dia.”

Mendengar hal ini, Rany sangat takjub, bagaimana tidak seorang misionaris saja dengan kesederhanaannya memakai perahu untuk menyebarkan agam katolik. Tetapi, dia sangat tidak disukai oleh pasukan Hindia Belanda karena menegur seseorang.

Rany berpikir andai saja dia bisa menyebarkan agama katolik di pesisir Larantuka, mungkin dia akan sangat bangga oleh dirinya sendiri atas apa yang dia lakukan selama hidupnya.

Sembari melewati Lorong-lorong yang memperlihatkan peninggalan-peninggalan para pastor Gereja Katedral, Rany tidak sengaja melihat sebuh bingkai yang merupakan sebuah surat ancaman kepada Gereja Katedral.

Ya ancaman tersebut diterima oleh Gereja Katedral ketika Paus Yohanes Paulus II ketika ingin berkunjung ke Indonesia. Surat ancaman ini diterima oleh Gereja Katedral dalam bentuk sebuah kaleng.

“nah ini kak, sebuah surat ancaman dari seseorang, dimana orang tersebut tuh gak suka banget sama kedatangan Paus Yohanes ini. Makanya dia megancam apabila Paus Yohanes datang, Paus Yohanes akan kehilangan nyawanya. Tapi Paus Yohanes gak takut dengan ancaman tersebut dan Puji Tuhan nya gak ada kejadian apapun sih kak, kedatangan paus Yohanes ini berjalan dengan lancar.”

“Serem juga ya ran, orang gak suka banget sama agama katolik. Tapi mereka masih aja ya doain orang kaya gitu, kalau gua sih kaga”.

“Diem fi, gak enak soalnya ini lagi dilingkungan gereja juga sih. Tapi menurut gua dengan agama katolik sabar dan tidak membalas, akan membuat si pembenci juga capek sama kelakukaannya sendiri.”

Setelah mendengar arahan serta mendengarkan cerita dari peninggalan-peninggalan sejarah tersebut. Tidak membuat Rany semakin penasaran dan ingin mengulik sejarah katolik. Bagi Rany, museum ini harus dikenal oleh semua banyak orang, karena untuk memasuki museum ini tidak memakai biaya sepersenpun.

Tidak kerasa, hari sudah menujukkan pukul empat sore, dimana museum tersebut bersiap untuk ditutup oleh umum. Rany yang bersama temannya, Alifia segera keluar dari museum tersebut. Rany terus melihat-lihat sekeliling museum tersebut. Museum yang dibangun sesuai dengan tata ruangan museum katedral ini sangat rapih disusunnya.

Peninggalan dari Pastor pertama hingga terakhir pun ada dalam ruangan tersebut. Bagi dia, para pastor tersebut sangat merelakan tenaga, waktu dan keistimewaan yang dia dapatkan hanya untuk mengabdi pada Tuhan.

Mereka sangat-sangat perantara Tuhan yang baik untuk menyebarkan firman Tuhan pada agama katolik. Mungkin tidak semua orang kuat dan sama seperti mereka. Tetapi mereka adalah pilihan Tuhan yang sudah dipilih jiwa dan roh nya hanya untuk Tuhan.

“Makasih ya ran, udah ajak gua kesini. Jujur, gereja ini bagus banget ran, yuk temenin gua foto-foto di lingkungan gereja ini.

“Sama-sama fi, yuk gua temenin lu masuk ke Gereja Katedral”.

Selesai dengan percakapan tersebut, Rany bersama temannya alifia langsung mengunjungi Gereja Katedral.

Bagi Rany, hari itu adalah hari yang menyenangkan. Dia mendapatkan ilmu gratis melalui panduan dari orang-orang museum katerdral tersebut. Banyak Pelajaran yang diambil dari Pastor tersebut. Dari Pastor tersebut Rany belajar, apabila ingin mengabdi untuk Tuhan, maka siapkan hati dan pikiran yang baik dan bisa menjadi perantara Tuhan untuk selama lamanya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar