Foto : Rany Novela Siahaan
Di hari selasa, 14 November diawali
cuaca yang sangat mendukung, merupakan hari yang menyenangkan bagi Rany.
Bagaimana tidak, Ia akan mencari tahu tentang cerita dibalik replika dan suarat
ancaman yang terbelungu dalam sejarah. Bagi Rany, hari itu sangat pas
untuk mencari jejak-jejak sejarah dari museum tersebut.
Hari itu merupakan hari yang
ditunggu. Seminggu sebelumnya dia merencanakan bersama temannya untuk bepergian
sembari menikmati hari liburnya walaupun cuma sehari. Bersama dengan Alifia,
Rany mengunjungi sebuah Museum di tengah tempat ibadah umat Katolik. Museum
tersebut bernama Museum Katedral.
Memang Rany sangat penasaran akan
museum tersebut. Dia mengetahui museum tersebut berdiri dari media sosial yang
dia punya. Dengan berpakaian rapi dan sopan, Rany mendatangi Museum tersebut.
Dipikiran Rany tentunya akan ada biaya masuk, tetapi sesampainya disana tidak
dikenakan sama sekali biaya masuk.
Perlahan-lahan Rany memasuki museum
tersebut, ruangan yang segar, wangi dan sangat menenangkan itu membuat Rany dan
Alifia turut merasakan ketenangan ruangan tersebut. Diiringi lagu tenang dengan
suara yang pelan, Rany melangkahkan kakinya untuk mengitari museum tersebut.
Setiap ruangan, Rany melihat sejarah
dari Museum Katedral. Museum Katedral yang merupakan museum yang berisikan
koleksi sejarah umat katolik ini menjelaskan bagaimana perkembangan dan
perjalanan umat katolik menyebarkan ajarannya di wilayah Indonesia. Museum
Katedral ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmaja.
Perlahan-lahan sambil melihat sebuah
foto dari pastor pertama yang memimpin Gereja Katedral ini. Pada saat
meninggalkan ruangan pertama tersebut, arah mata dia terfokus pada sebuah
ruangan yang berisikan sebuah replika perahu milik seorang misionaris katolik.
Merasa penasaran, dia mendatangi ruangan tersebut untuk melihat sebuah replika
perahu tersebut.
Pada saat melihat ruangan tersebut, Rany merasa takjub karena bagi dia, Museum Katedral sangat niat membuat museum ini untuk memperkenalkan Para misionaris dan Pastor dalam menyebarkan ajaran agama katolik. Sontak Rany mengeluarkan handphonenya untuk mengambil foto dari replika perahu tersebut
Rany melihat sebuah keterangan
mengenai replika perahu tersebut. Dia adalah seorang misionaris bernama Petrus
Maria Bonnike S.J yang berasal dari belanda yang datang ke Maumere untuk
menyebarkan agama katolik. Dalam keterangan tersebut, mengisahkan perahu itu
ada, Petrus Bonnike meminta untuk dicarikan sebuah perahu yang bisa dia pakai Ketika
ingin mengunjungi daerah lainnya.
Ternyata kisah dari Petrus Bonnike
tidak seindah oleh misionaris lainnya. Dia tidak disukai oleh pihak belanda dan
dia dikejar oleh pasukan Belanda, Ketika dia ingin kabur, ternyata ombak yang
besar menghantam perahunya dan dia tenggelam bersama perahunya. Mendengar kisah
tersebut, Rany berpikir bahwa sangat berat juga menjadi misionaris. Ditolak,
dibunuh bahkan harus lari dari kejaran pasukan belanda.
Memasuki ruangan demi ruangan, Rany
selalu terpukau dengan desain museum tersebut. Didesain dengan sederhana dengan
dilantunkan lagu yang sendu membuat para pengunjung tersebut tenang dengan
suasana museum tersebut. Sambil berjalan dengan pelan Rany mengobrol dengan
Alifia “fi, liat deh, bagus ya museumnya. Kaya klasik gitu, gua suka deh
desainnya” mendengar percakapan tersebut, Alifia menjawab pertanyaan Rany “Iya
ran keren ya, udah ah ran gua mau liat yang lainnya”.
Mendengar perkataan tersebut, seorang pemandu museum tersebut menyapa Rany yang sedang ingin memasuki ruangan lainnya. “Halo kak, salam kenal ya. Aku pemandu museum ini, kalau boleh tau kakak udah ngujungi ruangan apa aja nih?” Rany membalas sapaan tersebut “Hai kak, kebetulan sih udah banyak juga liat ruangan di museum ini, aku mau ke ruangan terakhir sih ini” melanjutkan percakapan tersebut, Rany dan Alifia diajak untuk melihat ruangan terakhir.
“Oh iya kak, aku ajak kakak deh ke
ruangan terakhir ya, kebetulan ruangan ini menyimpan sebuah surat ancaman loh
kak yang diterima sama pihak gereja katedral” mendengar perkataan pemandu
tersebut, Rany berpikir dalam hati “Masa iya sih ada kirim surat ancaman ke
gereja, kayanya ngga pernah denger deh” sambil mengikuti pemandu wisata
tersebut, Rany benar-benar melihat sebuah bingkai foto yang dipasang dinding
dan ternyata isi bingkai tersebut benar surat ancaman.
“Nah kak, ini surat ancaman yang aku
bilang, aku certain ya kisah surat ini. Jadi pada saat itu Gereja Katedral akan
kedatangan Paus Yohanes Paulus II untuk berkunjung ke Indonesia dan Gereja ini.
Sebelum kedatangannya, Gereja Katedral dapat surat ancaman ini yang benar-benar
tidak menyukai kedatangan Paus Yohanes Paulus II, walaupun ada surat ancaman
tersebut, tidak membuat kami merasa terancam juga” kata pemandu museum
tersebut.
Mendengar kisah tersebut, Rany
berpikir buat apa ada surat ancaman tersebut. Toh tidak ada perubahan apapun
dalam kedatangan Paus Yohanes Paulus II tersebut. Bagi Rany, dengan dapat surat
ancaman tersebut, tentunya semua pihak penyelenggara bahkan pihak kepolisian
akan menjaga ketat pada saat kedatangan Paus Yohanes tersebut.
Setelah mendengar kisah surat
tersebut, tidak membuat Rany semakin penasaran akan sejarah tentang agama
katolik. Bagi Rany, museum ini harus dikenal banyak orang. Karena museum ini
bisa dikunjungi oleh berbagai umat apapun. Dan tentunya akan menambah ilmu
Pendidikan kita untuk mengetahui lebih dalam mengenai agama Katolik.
Cerita replika dan surat ancaman yang
terbelungu dalam sejarah ini, mengajarkan Rany dan Alifia untuk terus
mengulik sejarah bukan hanya dari satu agama saja tetapi agama lainnya. Dari
sejarah ini Rany dan Alifia juga diajarkan bahwa Ketika ingin mengabdi kepada
Tuhan untuk menjadi perantaranya, semua yang ada di dunia ini kita lepaskan dan
fokus terhadap kegiatan yang berkaitan dengan Tuhan.