Minggu, 19 November 2023

Lebaran Eratkan Persaudaraan Antar Agama

 

Bulan April merupakan bulan yang indah. Bulan yang penuh makna bagi umat islam. Bulan April bagi umat islam menyiapkan hati dan jiwa utuk bersiap membersihkan diri dari segala dosa. Dibulan April inilah umat islam merayakan lebaran yang bukanlah para pemilik pendendam, melainkan milik para pemaaf untuk menghilangkan noda dosa dari raga mereka untuk melenyapkan nafsu yang berkuasa selama mereka hidup.

Hari Raya Lebaran merupakan hari yang dinantikan oleh umat islam di pelosok dunia. Tentu saja banyak cerita yang ditunggu dan akan disampaikan oleh sanak saudara. Biasanya keluarga akan berkumpul di rumah keluarga yang tertua. Berkumpul bersama di momen lebaran inilah semua keluarga bisa berkumpul secara komplit dengan masing-masing keluarga.

Keluarga saya selalu merayakan hari raya lebaran dengan penuh kegembiraan. Momen lebaran ini bagi saya dan keluarga bisa menyambung tali persaudaraan dengan erat dan saling memaafkan. Keluarga saya sering berkumpul di rumah keluarga yang tertua, tetapi tidak komplit, karena keluarga yang lain memiliki Kesibukan masing-masing.

Tahun sebelumnya merayakan lebaran berbeda, karena merayakan lebaran tentunya identik dengan mudik bersama. Tetapi, tahun ini tidak ada mudik bersama karena semua keluarga berkumpul bersama di Jakarta.

Momen lebaran ini biasanya dikeluarga saya selalu sungkeman dari mulai keluarga yang tertua. Meminta maaf atas kesalahan yang tidak disengaja. Momen lebaran ini bagi keluarga saya bisa melepaskan kerinduan serta cerita-cerita semasa kecil untuk diingat kembali.

 Saya dan keluarga besar saya memiliki perbedaan agama. Salah satunya paman saya yang mualaf sejak menikah dengan istrinya. Walaupun keluarga saya sempat berat menerima kenyataan yang dilakukan oleh paman saya, tetapi itu semua sudah berlalu dan kami akhirnya menerima perbedaan agama tersebut.

Perbedaan agama tidak membuat hubungan keluarga kami renggang. Saya setiap tahunnya mulai dari kecil selalu mengikuti dan ikut merayakan lebaran ini untuk menghormati paman saya. Momen lebaran ini selalu ditunggu-tunggu oleh keluarga besar saya.

Biasanya tante saya selalu membuat makan seperti gulai ayam, sambel ati ampela, telur balado, ketupat serta kue kering sesuai dengan keinginan keluarga masing-masing.

Kami selalu menunggu paman saya berserta keluarganya selesai sholat ied, karena setelah sholat ied biasanya kami anak-anak sungkeman dengan orangtua. Setelah kami sungkeman barulah kami berangkat untuk ziarah bersama ke kakek dan nenek.

Momen lebaran ini membuat kami semakin yakin bahwa perbedaan agama bukanlah jadi penghalang untuk bisa silaturahmi bersama keluarga lainnya. Saya dan keluarga saya sudah terbiasa mengikuti momen hari raya yang berbeda.

Keluarga saya merayakan hari natal tentunya paman saya akan mengikuti perayaan tersebut untuk menghormati adiknya yaitu bapak saya, begitu juga saya dan bapak saya selalu mengikuti perayaan lebaran untuk menghormati keluarga paman saya.

Saya dan keluarga saya selalu ingat pesan almarhum nenek saya bahwa “Perbedaan agama itu bukan menjadi penghalang untuk kita menjauhkan keputusan paman saya. Memang sangat berat menerima kenyataan itu, tetapi kita sebagai keluarganya harus mendukung dan menghormati keputusan paman saya dan jangan lupa untuk selalu mengingatkan dia untuk bertanggung jawab atas agama yang dipilihnya”.

 Sehari sebelum merayakan lebaran, biasanya anak-anak selalu diikutsertakan untuk membantu keluarga lain seperti membersihkan rumah, menata piring yang akan dipakai. Ketika paman saya dan keluarganya melaksanakan sholat ied, kami selalu menaruh kudapan khas yang selalu ada setiap tahunnya untuk ditata di atas meja secara apik, dengan aneka toples yang cantik.

Bagi keluarga kami, dari yang tua-muda, laki-laki dan perempuan, serta anak kecil atau pasangan yang belum mendapatkan pasangan akan mendapatkan thr dari keluarga yang berkunjung. Bagi keluarga saya, semua anak-anak tidak ada yang dibedakan untuk mendapatkan thr, walaupun sudah bekerja.

Suasana hangat inilah yang membuat keluarga saya semakin erat persaudaraannya. Walaupun berbeda agama, kami tidak pernah membeda-bedakan. Keluarga saya selalu mengingatkan kepada paman saya untuk jangan lupa sholat, begitupun paman saya mengingatkan kami jangan lupa ke gereja.

Saya salut dengan keluarga saya, karena bagi mereka berbeda agama bukanlah hal yang tabu. Selagi kita bisa menjaga silaturahmi tersebut akan harus menjaga silaturahmi tersebut. Keluarga saya tidak pernah mengajarkan anak-anak untuk tidak saling menghormati, bagi keluarga saya mau agama apapun itu yang dianut oleh keluarga saya yang lain harus dihormati. Memang banyak orang berkata bahwa nenek saya hampir gagal mendidik anak-anak karena berbeda keyakinan, tetapi paman saya, bibi, serta ayah saya tidak menghiraukan perkataan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar