Menjadi
seorang Ibu bukanlah hal yang mudah, banyak rintangan yang harus dilewati untuk
menjadi malaikat pelindung bagi anak-anaknya. Sosok Ibu tidak akan bisa
tergantikan oleh siapapun, bagiku ibu adalah segalanya. Ibu adalah sosok
perempuan yang kuat untuk anak-anaknya, kapan pun anaknya membutuhkan dia, dia
akan menjadi orang pertama yang akan selalu ada untuk anak-anaknya.
Sama
seperti Ibuku, sosok perempuan yang sangat berjasa dalam hidupku. Kisahku
dengan ibuku sangat begitu indah, tidak ada yang bisa menggantikan keindahan
serta kenangan saat aku bersama ibuku. Izinkan aku untuk membagikan kisah
tentang ibuku, bagaimana dia selalu ada untuk anak-anaknya serta keluarganya.
Mama,
sebutan ku untuk memanggil dia. Perempuan yang tangguh, tegas, baik hati dan
selalu menjadi orang yang pertama untuk selalu berada di tengah-tengah keluarga
besarnya. Ia yang selalu berjuang dengan gigih, membawa kita selama sembilan
bulan ke mana pun dia pergi tanpa rasa takut dan khawatir. Ia yang berjuang
antara hidup dan mati, saat melahirkan kita ke dunia ini untuk menjadi sosok
yang hebat dan bisa dibanggakan.
“Seorang
ibu adalah dia yang dapat menggantikan semua yang lain, tetapi tempat dia
sebenarnya tidak dapat diambil oleh orang lain”. Itulah kata yang selalu aku ingat,
karena memang benar tempat dia yang sebenarnya tidak dapat diambil oleh orang
lain.
Aku
teringat kembali, ketika aku berumur tiga tahun, aku mengalami demam yang
tinggi. Pada saat itu di rumah hanya ada aku, mama dan kakak. Aku melihat mama
ku selalu berjaga setiap malam dan akhirnya dia membawa ku ke klinik terdekat.
Dia meminta kepada dokter untuk memberikan obat yang terbaik untukku. Setiap
malam mama ku selalu berdoa kepada Tuhan, agar aku segera disembuhkan, dan
benar saja paginya demam mulai turun ke suhu yang normal.
Mama
selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu rendah hati, menerima pendapat
orang, selalu ramah kepada siapapun yang ditemui, selalu mengajarkan agama dan
selalu mengajarkan untuk saling menghormati antar suku maupun agama yang lain.
Mama selalu mengajak aku untuk ke gereja agar mengenal iman yang sudah ku
pegang sedari kecil.
Ketika
aku masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), mama mengantarkan aku untuk ke
sekolah yang kupilih saat itu. Sebelum masuk kelas mama berpesan “Belajar yang
baik ya, biar sukses dan bisa banggain mama dan papa ya” kata itu selalu ku
ingat sampai hari ini. Ketika aku mendapatkan peringkat di kelas, mama
tersenyum kepada ku dan berkata “Mama bahagia adek bisa berjuang sampai saat
ini dan bisa mendapatkan peringkat ini, makasih ya” kata tersebut membuat aku
terharu dan merasa senang memiliki sosok ibu seperti dia.
Ketika
kami liburan keluarga, aku melihat raut wajah mama ku yang begitu sangat senang
dan gembira, ketika dia melihat anak-anaknya bahagia bisa berlibur bersama
dengan orang tuanya tanpa ada kekurangan satu apapun. Kami pergi ke Bandung
untuk menikmati liburan sekolah. Liburan tersebut tidak akan pernah ku lupakan,
karena bagiku memori tersebut memori terakhir bersama mama ku.
18
Desember 2016, menjadikan hari terakhir aku bersama mamaku. Pagi kami masih ke
gereja bersama-sama untuk beribadah. Sorenya mama ku berpamitan untuk pergi
mengunjungi rumah kerabat. Sore itu, aku tidak pernah berpikir bahwa pertemuan
hari itu merupakan pertemuan terakhir dengan mama. Aku tidak pernah merasakan
firasat yang aneh pada hari itu, karena semua berjalan dengan baik. Aku ingat
sekali jam lima sore, papa menelponku dengan menahan tangis, bahwa mama masuk
ke Rumah Sakit Tugu Ibu Depok.
Aku
merasa bahwa mama hanya kecapean saja dan perlu dirawat inap. Aku menuruti
perintah papa untuk membawa surat yang diperlukan untuk administrasi dan aku
membawa baju mama, karena aku berpikir bahwa dia akan segera sembuh dan akan
pulang ke rumah. Tetapi itu semua hanyalah bayanganku saja. Ketika aku dan
kakak ku sampai di rumah sakit tersebut, kami diarahkan oleh suster untuk ke
ruang jenazah. Disitu aku merasa bahwa ini ada yang tidak beres.
Dan
benar saja, aku harus kehilangan orang yang paling aku sayangi dan aku cintai.
Sosok perempuan Tangguh yang menemai ku selama lima belas tahun harus pergi
untuk selama-lamanya. Disaat itu, aku merasa bahwa hidup ku tidak berarti lagi,
karena orang yang aku harapkan untuk menemani hari-hari ku harus pulang kepada
sang pencipta dan tidak akan kembali ke dunia ini.
Pada
hari di mana aku harus melepaskan dia ke peristirahatan terakhirnya, aku hanya
bisa diam dengan tatapan yang kosong. Di benak pikiran ku, aku berpikir kenapa
harus aku yang mengalami kepedihan ini, kenapa Tuhan tega mengambil mama ku
untuk pulang kepada mu? Jujur, hal itu sangat berat untuk diriku, karena harus
kehilangan orang yang kusayangi.
Aku
sangat marah kepada Tuhan, bagiku pada saat itu Tuhan sangat tidak adil. Aku
sempat tidak percaya lagi atas kehendak yang Tuhan lakukan. Aku sampai memohon
kepada Tuhan untuk mengembalikan mama ku dengan cara apapun. Tetapi aku
berpikir ini semua sudah rancangan Tuhan, bahwa mama ku harus kembali kepada
sang pencipta dan kami harus mengikhlaskan itu semua walau berat.
Satu
tahun aku harus melewati dan menerima ini semua. Waktu yang cukup lama untuk
mengembalikan rasa kesedihan menjadi rasa ikhlas untuk kehidupan selanjutnya.
Aku harus menerima bahwa mama ku tidak akan bisa kembali kepada ku terutama
kepada keluarga kami. Sangat berat menerima itu semua, tetapi aku harus
mengikhlaskan itu semua demi mama ku agar tenang di surga sana.
Inilah isi hatiku yang bisa ku
tuliskan untuk mama ku :
Untuk
mama ku yang sangat aku cintai dan aku rindukan. Terima kasih ya ma, selama
mama urusin rany, mama tidak pernah mengeluh, mama selalu sayang rany dan
selalu sabar sama rany. Maafin rany ya, kalau rany suka melawan sama mama. Maafin ya ma, sampai sekarang rany belum
terlalu menerima kepergian mama dan masih mencoba untuk mengikhlaskan ini semua
walaupun berat.
Mama
tenang di surga sana ya ma, aku minta sama mama untuk selalu ada di dekat rany
ya ma, walaupun aku tidak bisa melihat dirimu lagi, karena raga dan jiwamu
sudah tidak ada di dunia ini. Sampai bertemu lagi ya, suatu saat kita akan
bertemu dan akan berkumpul di surga sana ya mama. Jaga kami dari surga yang
indah itu ya ma. Jangan khawatir ya, aku akan selalu menjaga kakak dan papa.
Tenang di surga sana ya ma, kami akan terus merindukan dirimu.