Minggu, 19 November 2023

Malaikat Tanpa Sayap Yang Telah Pergi

 

Menjadi seorang Ibu bukanlah hal yang mudah, banyak rintangan yang harus dilewati untuk menjadi malaikat pelindung bagi anak-anaknya. Sosok Ibu tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun, bagiku ibu adalah segalanya. Ibu adalah sosok perempuan yang kuat untuk anak-anaknya, kapan pun anaknya membutuhkan dia, dia akan menjadi orang pertama yang akan selalu ada untuk anak-anaknya.

 Sama seperti Ibuku, sosok perempuan yang sangat berjasa dalam hidupku. Kisahku dengan ibuku sangat begitu indah, tidak ada yang bisa menggantikan keindahan serta kenangan saat aku bersama ibuku. Izinkan aku untuk membagikan kisah tentang ibuku, bagaimana dia selalu ada untuk anak-anaknya serta keluarganya.

 Mama, sebutan ku untuk memanggil dia. Perempuan yang tangguh, tegas, baik hati dan selalu menjadi orang yang pertama untuk selalu berada di tengah-tengah keluarga besarnya. Ia yang selalu berjuang dengan gigih, membawa kita selama sembilan bulan ke mana pun dia pergi tanpa rasa takut dan khawatir. Ia yang berjuang antara hidup dan mati, saat melahirkan kita ke dunia ini untuk menjadi sosok yang hebat dan bisa dibanggakan.

“Seorang ibu adalah dia yang dapat menggantikan semua yang lain, tetapi tempat dia sebenarnya tidak dapat diambil oleh orang lain”. Itulah kata yang selalu aku ingat, karena memang benar tempat dia yang sebenarnya tidak dapat diambil oleh orang lain.

Aku teringat kembali, ketika aku berumur tiga tahun, aku mengalami demam yang tinggi. Pada saat itu di rumah hanya ada aku, mama dan kakak. Aku melihat mama ku selalu berjaga setiap malam dan akhirnya dia membawa ku ke klinik terdekat. Dia meminta kepada dokter untuk memberikan obat yang terbaik untukku. Setiap malam mama ku selalu berdoa kepada Tuhan, agar aku segera disembuhkan, dan benar saja paginya demam mulai turun ke suhu yang normal.

 Mama selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu rendah hati, menerima pendapat orang, selalu ramah kepada siapapun yang ditemui, selalu mengajarkan agama dan selalu mengajarkan untuk saling menghormati antar suku maupun agama yang lain. Mama selalu mengajak aku untuk ke gereja agar mengenal iman yang sudah ku pegang sedari kecil.

 Ketika aku masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), mama mengantarkan aku untuk ke sekolah yang kupilih saat itu. Sebelum masuk kelas mama berpesan “Belajar yang baik ya, biar sukses dan bisa banggain mama dan papa ya” kata itu selalu ku ingat sampai hari ini. Ketika aku mendapatkan peringkat di kelas, mama tersenyum kepada ku dan berkata “Mama bahagia adek bisa berjuang sampai saat ini dan bisa mendapatkan peringkat ini, makasih ya” kata tersebut membuat aku terharu dan merasa senang memiliki sosok ibu seperti dia. 

Ketika kami liburan keluarga, aku melihat raut wajah mama ku yang begitu sangat senang dan gembira, ketika dia melihat anak-anaknya bahagia bisa berlibur bersama dengan orang tuanya tanpa ada kekurangan satu apapun. Kami pergi ke Bandung untuk menikmati liburan sekolah. Liburan tersebut tidak akan pernah ku lupakan, karena bagiku memori tersebut memori terakhir bersama mama ku.

 18 Desember 2016, menjadikan hari terakhir aku bersama mamaku. Pagi kami masih ke gereja bersama-sama untuk beribadah. Sorenya mama ku berpamitan untuk pergi mengunjungi rumah kerabat. Sore itu, aku tidak pernah berpikir bahwa pertemuan hari itu merupakan pertemuan terakhir dengan mama. Aku tidak pernah merasakan firasat yang aneh pada hari itu, karena semua berjalan dengan baik. Aku ingat sekali jam lima sore, papa menelponku dengan menahan tangis, bahwa mama masuk ke Rumah Sakit Tugu Ibu Depok.

 Aku merasa bahwa mama hanya kecapean saja dan perlu dirawat inap. Aku menuruti perintah papa untuk membawa surat yang diperlukan untuk administrasi dan aku membawa baju mama, karena aku berpikir bahwa dia akan segera sembuh dan akan pulang ke rumah. Tetapi itu semua hanyalah bayanganku saja. Ketika aku dan kakak ku sampai di rumah sakit tersebut, kami diarahkan oleh suster untuk ke ruang jenazah. Disitu aku merasa bahwa ini ada yang tidak beres.

 Dan benar saja, aku harus kehilangan orang yang paling aku sayangi dan aku cintai. Sosok perempuan Tangguh yang menemai ku selama lima belas tahun harus pergi untuk selama-lamanya. Disaat itu, aku merasa bahwa hidup ku tidak berarti lagi, karena orang yang aku harapkan untuk menemani hari-hari ku harus pulang kepada sang pencipta dan tidak akan kembali ke dunia ini.

 Pada hari di mana aku harus melepaskan dia ke peristirahatan terakhirnya, aku hanya bisa diam dengan tatapan yang kosong. Di benak pikiran ku, aku berpikir kenapa harus aku yang mengalami kepedihan ini, kenapa Tuhan tega mengambil mama ku untuk pulang kepada mu? Jujur, hal itu sangat berat untuk diriku, karena harus kehilangan orang yang kusayangi.

Aku sangat marah kepada Tuhan, bagiku pada saat itu Tuhan sangat tidak adil. Aku sempat tidak percaya lagi atas kehendak yang Tuhan lakukan. Aku sampai memohon kepada Tuhan untuk mengembalikan mama ku dengan cara apapun. Tetapi aku berpikir ini semua sudah rancangan Tuhan, bahwa mama ku harus kembali kepada sang pencipta dan kami harus mengikhlaskan itu semua walau berat.

Satu tahun aku harus melewati dan menerima ini semua. Waktu yang cukup lama untuk mengembalikan rasa kesedihan menjadi rasa ikhlas untuk kehidupan selanjutnya. Aku harus menerima bahwa mama ku tidak akan bisa kembali kepada ku terutama kepada keluarga kami. Sangat berat menerima itu semua, tetapi aku harus mengikhlaskan itu semua demi mama ku agar tenang di surga sana.

 Inilah isi hatiku yang bisa ku tuliskan untuk mama ku :

Untuk mama ku yang sangat aku cintai dan aku rindukan. Terima kasih ya ma, selama mama urusin rany, mama tidak pernah mengeluh, mama selalu sayang rany dan selalu sabar sama rany. Maafin rany ya, kalau rany suka melawan sama mama.  Maafin ya ma, sampai sekarang rany belum terlalu menerima kepergian mama dan masih mencoba untuk mengikhlaskan ini semua walaupun berat.

 Mama tenang di surga sana ya ma, aku minta sama mama untuk selalu ada di dekat rany ya ma, walaupun aku tidak bisa melihat dirimu lagi, karena raga dan jiwamu sudah tidak ada di dunia ini. Sampai bertemu lagi ya, suatu saat kita akan bertemu dan akan berkumpul di surga sana ya mama. Jaga kami dari surga yang indah itu ya ma. Jangan khawatir ya, aku akan selalu menjaga kakak dan papa. Tenang di surga sana ya ma, kami akan terus merindukan dirimu.

Lebaran Eratkan Persaudaraan Antar Agama

 

Bulan April merupakan bulan yang indah. Bulan yang penuh makna bagi umat islam. Bulan April bagi umat islam menyiapkan hati dan jiwa utuk bersiap membersihkan diri dari segala dosa. Dibulan April inilah umat islam merayakan lebaran yang bukanlah para pemilik pendendam, melainkan milik para pemaaf untuk menghilangkan noda dosa dari raga mereka untuk melenyapkan nafsu yang berkuasa selama mereka hidup.

Hari Raya Lebaran merupakan hari yang dinantikan oleh umat islam di pelosok dunia. Tentu saja banyak cerita yang ditunggu dan akan disampaikan oleh sanak saudara. Biasanya keluarga akan berkumpul di rumah keluarga yang tertua. Berkumpul bersama di momen lebaran inilah semua keluarga bisa berkumpul secara komplit dengan masing-masing keluarga.

Keluarga saya selalu merayakan hari raya lebaran dengan penuh kegembiraan. Momen lebaran ini bagi saya dan keluarga bisa menyambung tali persaudaraan dengan erat dan saling memaafkan. Keluarga saya sering berkumpul di rumah keluarga yang tertua, tetapi tidak komplit, karena keluarga yang lain memiliki Kesibukan masing-masing.

Tahun sebelumnya merayakan lebaran berbeda, karena merayakan lebaran tentunya identik dengan mudik bersama. Tetapi, tahun ini tidak ada mudik bersama karena semua keluarga berkumpul bersama di Jakarta.

Momen lebaran ini biasanya dikeluarga saya selalu sungkeman dari mulai keluarga yang tertua. Meminta maaf atas kesalahan yang tidak disengaja. Momen lebaran ini bagi keluarga saya bisa melepaskan kerinduan serta cerita-cerita semasa kecil untuk diingat kembali.

 Saya dan keluarga besar saya memiliki perbedaan agama. Salah satunya paman saya yang mualaf sejak menikah dengan istrinya. Walaupun keluarga saya sempat berat menerima kenyataan yang dilakukan oleh paman saya, tetapi itu semua sudah berlalu dan kami akhirnya menerima perbedaan agama tersebut.

Perbedaan agama tidak membuat hubungan keluarga kami renggang. Saya setiap tahunnya mulai dari kecil selalu mengikuti dan ikut merayakan lebaran ini untuk menghormati paman saya. Momen lebaran ini selalu ditunggu-tunggu oleh keluarga besar saya.

Biasanya tante saya selalu membuat makan seperti gulai ayam, sambel ati ampela, telur balado, ketupat serta kue kering sesuai dengan keinginan keluarga masing-masing.

Kami selalu menunggu paman saya berserta keluarganya selesai sholat ied, karena setelah sholat ied biasanya kami anak-anak sungkeman dengan orangtua. Setelah kami sungkeman barulah kami berangkat untuk ziarah bersama ke kakek dan nenek.

Momen lebaran ini membuat kami semakin yakin bahwa perbedaan agama bukanlah jadi penghalang untuk bisa silaturahmi bersama keluarga lainnya. Saya dan keluarga saya sudah terbiasa mengikuti momen hari raya yang berbeda.

Keluarga saya merayakan hari natal tentunya paman saya akan mengikuti perayaan tersebut untuk menghormati adiknya yaitu bapak saya, begitu juga saya dan bapak saya selalu mengikuti perayaan lebaran untuk menghormati keluarga paman saya.

Saya dan keluarga saya selalu ingat pesan almarhum nenek saya bahwa “Perbedaan agama itu bukan menjadi penghalang untuk kita menjauhkan keputusan paman saya. Memang sangat berat menerima kenyataan itu, tetapi kita sebagai keluarganya harus mendukung dan menghormati keputusan paman saya dan jangan lupa untuk selalu mengingatkan dia untuk bertanggung jawab atas agama yang dipilihnya”.

 Sehari sebelum merayakan lebaran, biasanya anak-anak selalu diikutsertakan untuk membantu keluarga lain seperti membersihkan rumah, menata piring yang akan dipakai. Ketika paman saya dan keluarganya melaksanakan sholat ied, kami selalu menaruh kudapan khas yang selalu ada setiap tahunnya untuk ditata di atas meja secara apik, dengan aneka toples yang cantik.

Bagi keluarga kami, dari yang tua-muda, laki-laki dan perempuan, serta anak kecil atau pasangan yang belum mendapatkan pasangan akan mendapatkan thr dari keluarga yang berkunjung. Bagi keluarga saya, semua anak-anak tidak ada yang dibedakan untuk mendapatkan thr, walaupun sudah bekerja.

Suasana hangat inilah yang membuat keluarga saya semakin erat persaudaraannya. Walaupun berbeda agama, kami tidak pernah membeda-bedakan. Keluarga saya selalu mengingatkan kepada paman saya untuk jangan lupa sholat, begitupun paman saya mengingatkan kami jangan lupa ke gereja.

Saya salut dengan keluarga saya, karena bagi mereka berbeda agama bukanlah hal yang tabu. Selagi kita bisa menjaga silaturahmi tersebut akan harus menjaga silaturahmi tersebut. Keluarga saya tidak pernah mengajarkan anak-anak untuk tidak saling menghormati, bagi keluarga saya mau agama apapun itu yang dianut oleh keluarga saya yang lain harus dihormati. Memang banyak orang berkata bahwa nenek saya hampir gagal mendidik anak-anak karena berbeda keyakinan, tetapi paman saya, bibi, serta ayah saya tidak menghiraukan perkataan tersebut.