Rabu, 10 Januari 2024

REPLIKA DAN SURAT ANCAMAN YANG TERBELENGGU DALAM SEJARAH

 

                                                            Foto : Rany Novela Siahaan 

Di hari selasa, 14 November diawali cuaca yang sangat mendukung, merupakan hari yang menyenangkan bagi Rany. Bagaimana tidak, Ia akan mencari tahu tentang cerita dibalik replika dan suarat ancaman yang terbelungu dalam sejarah. Bagi Rany, hari itu sangat pas untuk mencari jejak-jejak sejarah dari museum tersebut.

Hari itu merupakan hari yang ditunggu. Seminggu sebelumnya dia merencanakan bersama temannya untuk bepergian sembari menikmati hari liburnya walaupun cuma sehari. Bersama dengan Alifia, Rany mengunjungi sebuah Museum di tengah tempat ibadah umat Katolik. Museum tersebut bernama Museum Katedral.

Memang Rany sangat penasaran akan museum tersebut. Dia mengetahui museum tersebut berdiri dari media sosial yang dia punya. Dengan berpakaian rapi dan sopan, Rany mendatangi Museum tersebut. Dipikiran Rany tentunya akan ada biaya masuk, tetapi sesampainya disana tidak dikenakan sama sekali biaya masuk.

Perlahan-lahan Rany memasuki museum tersebut, ruangan yang segar, wangi dan sangat menenangkan itu membuat Rany dan Alifia turut merasakan ketenangan ruangan tersebut. Diiringi lagu tenang dengan suara yang pelan, Rany melangkahkan kakinya untuk mengitari museum tersebut.

Setiap ruangan, Rany melihat sejarah dari Museum Katedral. Museum Katedral yang merupakan museum yang berisikan koleksi sejarah umat katolik ini menjelaskan bagaimana perkembangan dan perjalanan umat katolik menyebarkan ajarannya di wilayah Indonesia. Museum Katedral ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmaja.

Perlahan-lahan sambil melihat sebuah foto dari pastor pertama yang memimpin Gereja Katedral ini. Pada saat meninggalkan ruangan pertama tersebut, arah mata dia terfokus pada sebuah ruangan yang berisikan sebuah replika perahu milik seorang misionaris katolik. Merasa penasaran, dia mendatangi ruangan tersebut untuk melihat sebuah replika perahu tersebut.

Pada saat melihat ruangan tersebut, Rany merasa takjub karena bagi dia, Museum Katedral sangat niat membuat museum ini untuk memperkenalkan Para misionaris dan Pastor dalam menyebarkan ajaran agama katolik. Sontak Rany mengeluarkan handphonenya untuk mengambil foto dari replika perahu tersebut

Rany melihat sebuah keterangan mengenai replika perahu tersebut. Dia adalah seorang misionaris bernama Petrus Maria Bonnike S.J yang berasal dari belanda yang datang ke Maumere untuk menyebarkan agama katolik. Dalam keterangan tersebut, mengisahkan perahu itu ada, Petrus Bonnike meminta untuk dicarikan sebuah perahu yang bisa dia pakai Ketika ingin mengunjungi daerah lainnya.

Ternyata kisah dari Petrus Bonnike tidak seindah oleh misionaris lainnya. Dia tidak disukai oleh pihak belanda dan dia dikejar oleh pasukan Belanda, Ketika dia ingin kabur, ternyata ombak yang besar menghantam perahunya dan dia tenggelam bersama perahunya. Mendengar kisah tersebut, Rany berpikir bahwa sangat berat juga menjadi misionaris. Ditolak, dibunuh bahkan harus lari dari kejaran pasukan belanda.

Memasuki ruangan demi ruangan, Rany selalu terpukau dengan desain museum tersebut. Didesain dengan sederhana dengan dilantunkan lagu yang sendu membuat para pengunjung tersebut tenang dengan suasana museum tersebut. Sambil berjalan dengan pelan Rany mengobrol dengan Alifia “fi, liat deh, bagus ya museumnya. Kaya klasik gitu, gua suka deh desainnya” mendengar percakapan tersebut, Alifia menjawab pertanyaan Rany “Iya ran keren ya, udah ah ran gua mau liat yang lainnya”.

Mendengar perkataan tersebut, seorang pemandu museum tersebut menyapa Rany yang sedang ingin memasuki ruangan lainnya. “Halo kak, salam kenal ya. Aku pemandu museum ini, kalau boleh tau kakak udah ngujungi ruangan apa aja nih?” Rany membalas sapaan tersebut “Hai kak, kebetulan sih udah banyak juga liat ruangan di museum ini, aku mau ke ruangan terakhir sih ini” melanjutkan percakapan tersebut, Rany dan Alifia diajak untuk melihat ruangan terakhir.

“Oh iya kak, aku ajak kakak deh ke ruangan terakhir ya, kebetulan ruangan ini menyimpan sebuah surat ancaman loh kak yang diterima sama pihak gereja katedral” mendengar perkataan pemandu tersebut, Rany berpikir dalam hati “Masa iya sih ada kirim surat ancaman ke gereja, kayanya ngga pernah denger deh” sambil mengikuti pemandu wisata tersebut, Rany benar-benar melihat sebuah bingkai foto yang dipasang dinding dan ternyata isi bingkai tersebut benar surat ancaman.

“Nah kak, ini surat ancaman yang aku bilang, aku certain ya kisah surat ini. Jadi pada saat itu Gereja Katedral akan kedatangan Paus Yohanes Paulus II untuk berkunjung ke Indonesia dan Gereja ini. Sebelum kedatangannya, Gereja Katedral dapat surat ancaman ini yang benar-benar tidak menyukai kedatangan Paus Yohanes Paulus II, walaupun ada surat ancaman tersebut, tidak membuat kami merasa terancam juga” kata pemandu museum tersebut.

Mendengar kisah tersebut, Rany berpikir buat apa ada surat ancaman tersebut. Toh tidak ada perubahan apapun dalam kedatangan Paus Yohanes Paulus II tersebut. Bagi Rany, dengan dapat surat ancaman tersebut, tentunya semua pihak penyelenggara bahkan pihak kepolisian akan menjaga ketat pada saat kedatangan Paus Yohanes tersebut.

Setelah mendengar kisah surat tersebut, tidak membuat Rany semakin penasaran akan sejarah tentang agama katolik. Bagi Rany, museum ini harus dikenal banyak orang. Karena museum ini bisa dikunjungi oleh berbagai umat apapun. Dan tentunya akan menambah ilmu Pendidikan kita untuk mengetahui lebih dalam mengenai agama Katolik.

 Tidak terasa, Rany dan Alifia menghabiskan waktunya di Museum Katedral tersebut. Jam menunjukkan empat sore. Museum yang sudah mulai ditutup, memutuskan untuk Rany dan Alifia keluar dari museum tersebut. Memang sangat cepat sekali waktu yang mereka miliki, tetapi hari itu cukup menyenangkan bagi Rany dan Alifia.

Cerita replika dan surat ancaman yang terbelungu dalam sejarah ini, mengajarkan Rany dan Alifia untuk terus mengulik sejarah bukan hanya dari satu agama saja tetapi agama lainnya. Dari sejarah ini Rany dan Alifia juga diajarkan bahwa Ketika ingin mengabdi kepada Tuhan untuk menjadi perantaranya, semua yang ada di dunia ini kita lepaskan dan fokus terhadap kegiatan yang berkaitan dengan Tuhan.